• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website SMP Negeri 3 Subah, Sekolah Berbasis IT. SMP Negeri 3 Subah

Pencarian

Kontak Kami


SMP NEGERI 3 SUBAH

NPSN : 30100294

Jl.Kalang Sari Desa Sempurna Kecamatan Subah Kab. Sambas Kalimantan Barat 79417


[email protected]

TLP : 081345050483


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 248166
Pengunjung : 102437
Hari ini : 102
Hits hari ini : 311
Member Online : 0
IP : 216.73.216.187
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla

Status Member

Pandemi Covid-19 Awal Menuju Sekolah Digital




PANDEMI COVID-19 AWAL MENUJU SEKOLAH DIGITAL

(Sundari, A. Md)

Penulis adalah staff Tata Usaha SMP Negeri 3 Subah

 

Tak terbayangkan sebelumnya olehku bahwa akhirya aku kini mengabdikan diri di dunia pendidikan dan terlibat langsung bagaimana mecerdaskan peserta didik dan membentuk karakter anak-anak bangsa. Aku yang merupakan lulusan pendidikan D3 Manajemen Perusahaan memutuskan untuk bekerja di sekolah, lebih tepatnya di SMP Negeri 3 Subah. Aku masuk ke sekolah tersebut dua tahun setelah sekolah ini dibuka, sehingga belum banyak siswa yang masuk. Sekolah tempat aku bekerja berada di lokasi perkebunan sawit yang posisinya cukup jauh dari keramaian masyarakat. Dengan demikian sekolah ini terkesan terkucil dari jangkauan masyarakat.

Oleh kepala sekolah, aku dipercaya untuk mengelola perpustakaan sekolah dengan jumlah koleksi yang sudah dibilang cukup banyak untuk sekolah yang baru 2 tahun dibuka. Karakter peserta didik masih sangat liar dan sering terjadi konflik dengan guru dan staff di sekolah. Tentu saja ini menjadi sebuah tantangan bagiku yang baru lulus dan harus bekerja di tempat dengan disiplin ilmu yang sangat jauh berbeda dengan yang kudapatkan. Tidak hanya itu, aku juga hanya menerima gaji sebesar Rp 150.000,00 per bulan yang dibayarkan setiap tiga bulan sekali. Di saat yang bersamaan, aku juga memiliki pekerjaan lain yang gajinya tiga kai lipat lebih besar dan aku terima setiap bulan. Namun orang tuaku menghendaki agar aku tetap mengabdi di sekolah walau hanya dengan gaji yang sangat kecil. Agar konsentrasiku tidak terbagi, aku lebih memilih untuk tetap bertahan bekerja di sekolah dan mengundurkan diri dari pekerjaanku sebagai Bendahara PNPM Mandiri. Sebuah keputusan yang sulit dan sangat berat sebenarnya. Namun ini harus aku pilih agar lebih fokus dan serius.

Sesekali aku diberi tugas mengajar oleh kepala sekolah di sela-sela tugasku sebagai pengelola peprustaakaan. Setidaknya aku pernah mengajar pelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di waktu yang berbeda. Kebijakan ini diambil oleh kepala sekolah karena masih kekurangan guru pengajar. Bahkan untuk hal ini, aku mulai mengambil pendidikan jurusan S1 Pendidikan IPS di Universitas Terbuka. Namun, berawal dari mengambil cuti melahirkan anak pertamaku, malah akhirnya justru aku tidak melanjutkan kuliahku.

Sejak tahun 2019 aku diposisikan sebagai staff Tata Usaha menggantikan staff lama yang mengundurkan diri. Setidaknya selama aku mengabdi di sekolah ini telah mengalami 5 kali pergantian kepala sekolah. Tentunya dengan berbagai karakter dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Ada yang sangat tegas dan keras yang tak mentolerir adanya pelanggaran, baik oleh guru maupun peserta didik sehingga sang kepala sekolah tetap berada di sekolah. Adapula yang lembut dan lebih banyak membimbing para guru, namun jarang ada di sekolah. Pun juga ada yang jarang datang ke sekolah dan terkesan tak peduli dengan kondisi dan keadaan sekolah. Dengan demikian ketika ada pergantian kepala sekolah kami tak pernah berharap banyak pada pimpinan baru tersebut, karena kami terbiasa bekerja sendiri dan pekerjaan yang kami kerjakan mengalir begitu saja mengikuti arus.

Di awal tahun 2020 sekolahku mendapatkan kepala sekolah baru. Akan tetapi kepala sekolah tersebut bukanlah orang lama, melainkan diangkat dari guru kami SMP Negeri 3 Subah. Dengan diangkatnya orang tempatan sebagai kepala sekolah, kami tak lagi asing dan tak perlu lagi menyesuaikan diri dengan kebiasaan pimpinan yang baru tersebut. Akan tetapi, di tahun yang sama terjadi pandemi covid-19 yang melanda hampir di semua penjuru dunia, tak terkecuali di Indonesia. Tentu saja sekolah kami juga terdampak. Guru dan staff tak mempunyai bekal apapun untuk mempersiapkan pembelajaran di masa pandemi tersebut. Bagaimana tidak, sekolah harus tetap menyelenggarakan pendidikan akan tetapi sekolah juga dilarang mengadakan pembelajaran secara tatap muka. Tentu saja ini suatu hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini kondisi baru. Ini adalah pengalaman baru yang harus kami hadapi, suka ataupun tidak suka kami dipaksa harus tetap melaksanakan proses pembelajaran. Kondisi ini tentu saja sempat membuat kami merasa kewalahan. Kami terbiasa belajar beretemu langsung dengan anak-anak. Kami tak pernah terpikirkan bagaimana belajar tanpa bertemu langsung dengan anak-anak. Kami menganggap ini suatu kemustahilan yang harus kami hadapi.

Namun, rupanya ini bukanlah hal besar yang harus dipermasalahkan bagi kepala sekolah kami. Kepala sekolah yang juga merupakan duta rumah belajar di tahun 2018 yang juga cukup handal di bidang Informasi dan Teknologi menganggap ini hal biasa yang tak perlu ditakutkan. Karena rupanya sebelumnya ketika menjadi guru, Beliau telah menerapkan pembelajaran online pada mata pelajaran yang diampunya, yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui portal Rumah Belajar.

Di hari kedua saat kami melaksanakan Work From Home (WFH), kami dibimbing melalui kegiatan In House Training (IHT) tentang penggunaan Google Classroom, Google Drive, Google Form, dan Zoom Meeting dalam pembelajaran online selama dua hari. Selanjutnya, kepala sekolah juga memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran secara online dilakukan secara bergilir dari kelas VII hingga kelas IX. Selanjutnya guru diberi waktu satu minggu untuk membuat kelas online dan menyusun materi yang akan disampaikan di kelas online tersebut. Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum diminta menyusun jadwal online, baik belajar menggunakan Google Classroom maupun menggunakan Zoom Meeting yang penggunaanya secara bergilir dijadwalkan oleh Waka Kurikulum. Aku sebagai staff Tata Usaha juga tentu saja diperintahkan untuk tetap membuat jurnal belajar dan presensi online menggunakan Google Form.

Sekolah kami memutuskan untuk melaksanakan pembelajaran secara full online selama masa pandemi covid-19. Keputusan ini diambil dan menjadi satu-satunya sekolah yang menerapkan pembelajaran secara full online di Kabupaten Sambas. Keputusan ini dirasa sangat berlebihan bagi sebagian kalangan. Bagaimana tidak, sekolah yang berada di pelosok dan berada di tengah-tengah perkebunan sawit tetapi memutuskan sekolahnya untuk melaksanakan proses pembelajaran secara online. Namun, kepala sekolah terus memberikan semangat serta motivasi untuk selalu percaya diri dan terus meningkatkan kompetensi untuk melakukan inovasi-inovasi baik di bidang pendidikan.

Sejalan dengan proses pembelajaran yang dilakaukan secara online, proses penilaiannya juga tentu saja secara online, dari mulai penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, bahkan Ujian sekolah. Kepala sekolah telah membekali kami tentang pemanfaatan Google Form sebagai media untuk pembuatan soal-soal penilaian. Dan bahkan ini sangat jauh dari dugaan kami. Justru dengan Google Form ini program penilaian kami menjadi lebih mudah dan menyenangkan.

Semua pengalaman-pengalaman baru ini membuka mata kami, bahwa ternyata selama ini kami telah tertinggal begitu jauh. Kami belum memanfaatkan teknologi secara optimal di dunia pendidikan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, kami bersepakat untuk tetap meneruskan praktik baik yang sudah kami lakukan. Tentu saja atas persetujuan komite sekolah dan orang tua. Sekolah mengundang orang tua dan komite untuk memaparkan bagaimana proses pembelajaran secara online yang telah lakukan seama masa pandemi. Disambut dengan baik oleh komite sekolah dan orang tua membuat kami seakin bersemangat dan semakin yakin bahwa kami harus terus melakukan inovasi-inovasi pembelajaran.

Di tahun 2021, sekolah kami melakukan penjajakan/uji coba penggunaan handphone android dalam proses pembelajaran. Artinya siswa diperbolehkan untuk membawa handphone ke sekolah. Kebijakan ini diambil tentu saja dalam rangka mendukung proses pembelajaran dengan memanfaatkan handphone di kelas. Sehingga peserta didik dapat mencari materi dan referensi lain selain dari buku paket di internet. Di tahun yang sama, sekolah mulai mengenalkan buku digital kepada guru dan peserta didik. Guru selain diberi bimbingan membuat video-video pembelajaran yang kemudian diunggah ke kanal Youtube, juga dibimbing cara menbuat buku digital. Isi buku digital ini begitu lengkap dan kompleks. Dalam buu digital tersebut, selain berisi teks, juga dapat menyisipkan gambar-gambar pendukung, suara, video-video penunjang, serta soal-soal interaktif. Dengan buku digital ini, tentunya peserta didik bisa mendapatkan materi yang lebih lengkap dan tentu saja lebih menyenangkan.

Pada awal tahun ajaran 2022/2023 kebijakan penggunaan handphone android dalam proses pembelajaran di sekolah diberlakukan. SMP Negeri 3 Subah siap melakukan Transformasi Sekolah Digital. Oleh karena itu kami merubah visi dan misi kami yang tentunya sejalan dengan kondisi saat ini. SMP Negeri 3 Subah kini mempunyai visi yang baru yaitu “Terwujudnya Insan Pembelajar yang Berakhlak Mulia, Berdisiplin, Unggul dalam Prestasi, Menguasai Teknologi, dan Berwawasan Lingkungan demi Terbentuknya Profil Pelajar Pancasila”. Dengan visi yang baru ini diharapkan dapat terbentuk peserta didik yang unggul dan berakhlakul karomah dengan tetap melek teknologi dalam menghadapi perkembangan jaman yang begitu pesat.

Kini kami sadar, bahwa pandemi telah memberikan kami pelajaran yang sangat berharga. Dunia digital telah menyebabkan lompatan besar bagi dunia pendidikan khususnya di SMP Negeri 3 Subah. Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa didiklah anakmu sesuai dengan jamannya, karena mereka hidup bukan di jamanmu. Jadi, jangan paksakan peserta didik dengan gaya mengajar kita yang tentu saja tidak cocok dengan masanya, dan jangan pula salahkan gaya mereka yang tak cocok dengan cara kita. Oleh karena itu, marilah terus belajar untuk meningkatkan kompetensi dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran agar kita tidak tergilas oleh jaman dan ditinggalkan oleh anak-anak.




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas