Tetap Berprestasi di Masa Pandemi
TETAP BERPRESTASI DI MASA PANDEMI
(Eko Hadi Saputra, S. Pt)
Penulis adalah Kepala SMP Negeri 3 Subah
Saya mengawali karir saya sebagai guru 16 tahun silam di sebuah sekolah negeri di Kecamatan Semparuk Kabupaten Sambas sebagai guru honorer di SMPN 1 Semparuk. Banyak kisah yang harus saya hadapi sebagai perantau yang tak punya sanak keluarga dengan penghasilan hanya Rp 90.000,00 per bulan. Namun demikian, itu tidak mengurangi niat saya untuk menjadi pendidik. Saya merasakan kebahagiaan yang tiada tara ketika saya sudah di depan anak-anak berbagi ilmu, berbagi pengalaman, serta berbagi kisah bersama mereka. Di hari pertama saya mengajar, saya dipercaya untuk mengampu mata pelajaran Biologi yang memang di sekolah tersebut belum ada guru IPA Biologi. Mata pelajaran tersebut mungkin saja saja agak relevan dengan latar belakang pendidikan S1 saya, yaitu sarjana peternakan. Inilah kemudian yang dianggap sebagai salah satu guru nonlinier.
Proses pembelajaran di sekolah ini masih sangat kental dengan penggunaan bahasa Melayu Sambas. Ini menjadi kendala komunikasi bagi saya sebagai pendatang yang berlatar belakang dari suku Jawa. Namun dengan semangat yang begitu kuat, tak memerlukan waktu lama saya untuk mampu belajar bahasa Melayu Sambas. Ini pula yang membuat saya terkejut, ternyata pelajaran bahasa Indonesia sama sulitnya dengan pelajaran bahasa Inggris. Hal ini saya lihat karena sebagian besar para guru mengajar di kelas dengan menggunakan bahasa daerah.
Tahun 2006 saya mencoba mengambil program Akta Mengajar di Universitas Terbuka UPBJ Sambas. Berbekal Akta mengajar yang saya miliki maka pada tahun 2008 saya mengikuti tes CPNS dengan mengambil formasi Guru IPA dan dinyatakan lulus pada awal tahun 2009 ditugaskan di SMP Negeri 3 Subah hingga sekarang.
Walaupun bukan dari latar belakang sarjana pendidikan, namun saya akan all out terhadap prosfesi yang saya jalani sebagai guru. Saya terus membuktikan bahwa saya mampu dan bisa setara dengan mereka para guru yang berlatar belakang dari sarjana pendidikan. Beberapa kali meraih prestasi tingkat provinsi, baims sebagai guru berprestasi maupun sebagai juara Olimpiade Sains Nasional Guru IPA hingga akhirnya dipercaya untuk menjadi kepala sekolah. Saya begitu dekat dengan siswa, karena saya terkadang memposisikan diri saya di usia mereka. Menjadi teman cerita, bertanya, bahkan untuk sekedar menanyakan PR dan tugas dari guru-guru yang lain.
Belum genap dua tahun menjabat kepala sekolah di SMPN 3 Subah, sebuah wabah melanda dunia, tak terkecuali di Kabupaten Sambas khususnya di Kecamatan Subah. Wabah tersebut adalah pandemi covid-19 yang merupakan virus penyebab penyakit corona. Kehadiran wabah ini memporakporandakan tatanan kehidupan dari berbagai sektor kehidupan termasuk di sektor pendidikan. Dampak dari adanya wabah ini seluruh proses pembelajaran secara tatap muka ditiadakan, bahkan dilarang dilaksanakan di sekolah-sekolah di seluruh pelosok tanah air. Tentu saja ini menjadi pukulan berat bagi dunia pendidikan, khususnya bagi para guru yang secara tiba-tiba harus menghentikan pembelajaran tatap muka langsung, semenara proses pembelajaran harus tetap berjalan.
Bagi sebagian besar guru, rasanya mustahil melaksanakan proses pembelajaran tatap kehadiran guru secara langsung di depan kelas. Namun, tiada pilihan lain selain harus tetap patuh terhadap aturan yang sudah ditetapkan dan berjuang dan berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didik.
Tentu saja kondisi semacam ini membuat sebagian besar guru merasa shock di berbagai daerah. Yang disarankan pemerintah adalah melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) dengan moda luring dan daring. Moda luring merupakan proses pembelajaran di luar jaringan internet dengan memberikan penugasan ataupun dibuat kelompok-kelompok kecil dengan dilakukan home visit dari para guru ke rumah siswa yang sudah disepakati secara terjadwal. Sedangkan moda daring merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan platform belajar secara online melalui jaringan internet, baik menggunakan handphone android maupun Laptop.
Sekolah harus mampu menganalisa kondisi sekolah, guru, peserta didik, maupun lingkungan untuk bisa menentukan moda yang akan digunakan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) maupun BDR. Setelah melakukan pendataan kepada peserta didik dan hasil rapat bersama komite dan orang tua, maka SMPN 3 Subah menetapkan PJJ dengan moda daring. Hal ini dipilih karena kondisi geografi Kecamatan Subah yang kurang mendukung dilaksanakan PJJ secara luring. Jarak rumah siswa dengan sekolah sangat jauh dengan medan yang cukup sulit dilalui. Selain itu, keterbatasan jumlah guru juga menjadi alasan memilih moda daring.
Beberapa hari setelah dinyatakan pembelajaran dilaksanakan secara daring, sekolah langsung mengadakan In House Training (IHT) tentang penggunaan platform Google Classroom, Google Form, dan Zoom meeting dalam proses pembelajaran di SMPN 3 Subah. Sehari setelah pelaksanaan IHT tersebut, saya mengunggah tutorial cara penggunaan Google Classroom, Google Form, dan Zoom meeting melalui kanal Youtube SMP N 3 SUBAH. Saya juga langsung memberi pembekalan kepada peserta didik cara penggunaan Google Classroom, Google Form, dan Zoom meeting. Dengan demikian proses pembelajaran di SMPN 3 Subah di masa pandemi tetap berjalan walau secara daring.
Berbagai kendala banyak ditemui saat pelaksanaan pembelajaran secara daring. Kami harus berjuang melawan game online yang ternyata lebih mendominasi kehidupan mereka. Mereka jarang masuk kelas online, bahkan tugas pun terkadang terabaikan. Ini menjadi tantangan berat bagi kami pelaku pendidikan yang tanpa kehadiran kami di kelas, mereka bisa lebih asyik pada dunianya mereka masing-masing.
Tantangan ini tidak menyurutkan semangat kami untuk terus introspeksi diri dan menggali apa penyebab dari masalah tersebut. Saya mengajak para guru untuk berdiskusi dan akhirnya kami sepakat untuk menjadwalkan home visit bagi guru dan staff yang tidak ada jam mengajar untuk memantau pelaksanaan belajar anak-anak di rumah mereka masing-masing tentunya tanpa sepengetahuan anak-anak dan orang tua. Kami mencoba mencari alamat mereka dari data yang kami miliki berdasarkan Daftar 8355.
Berdasarkan hasil pemantauan saya dan para guru melalui home visit ditemukan berbagai kendala dan masalah yang bisa kami catat. Diantara masalah yang kami temui adalah keluhan orang tua yang anaknya setiap hari meminta uang dengan alasan untuk membeli paket data agar bisa belajar online, padahal berdasarkan catatan kami siswa tersebut jarang hadir di kelas online bahkan tidak pernah mengerjakan tugas. Ada beberapa siswa yang harus berbagi perangkat dengan adik dan kakaknya yang juga harus mengerjakan dan mengirim tugas melalui perangkat yang sama. Selain itu ada daerah yang kampungnya tidak ada jaringan internet, sehingga untuk membuka dan masuk kelas serta mengerjakan tugas, mereka harus naik ke bukit yang berada di semak-semak.
Kami berusaha memberikan pengertian kepada orang tua, bahwa membuka platform kelas virtual tak memerlukan banyak data. Kami juga memberikan pencerahan bahwa kartu perdana yang sudah dibagikan paket datanya gratis untuk mengakses platform-platform pendidikan dan tidak akan bisa untuk bermain game. Jadi kami menyarankan agar siswa tetap mengaktifkan Perdana telkomsel yang sudah diberikan secara gratis. Selain itu, nomor lama yang sudah didaftarkan ke sekolah juga mendapatkan bantuan paket data dari kementerian pendidikan sehingga anak-anak tidak perlu lagi meminta uang untuk membeli paket data. Kami mendata ada beberapa siswa yang berbagi perangkat dengan anggota keluarga lainnya, sehingga melalui dana BOS Kinerja saya membeli 10 perangkat Tab yang dipinjamkan kepada siswa dan guru untuk kelancaran proses belajar mengajar.
Berhasilnya sekolah kami melaksanakan pembelajaran secara daring di masa pandemi menjadi sorotan dari berbagai pihak. Sekolah kami juga menjadi satu-satunya sekolah di Kecamatan Subah yang menyelenggarakan pembelajaran daring secara full. Saya beberapa kali diundang untuk memberikan materi tentang pemanfaatan platform pembelajaran daring, baik di kecamatan maupun di luar kecamatan Subah.
Pandemi covid-19 ini juga memberikan berkah bagi kami untuk menunjukkan eksistensi kami, bahwa kami sekolah yang ada di pelosok dan pedalaman juga mampu unjuk diri. Kami mendapatkan bantuan peralatan TIK dari kementerian pendidikan melalui Pusdatin. Selain itu sekolah kami juga menjadi salah satu sekolah binaan LPMP Kalimantan Barat, dan meraih juara 3 di tingkat Provinsi Kalimantan Barat. Pun juga kami baru saja mendapatkan bantuan VSAT untuk akses free WiFi dari Kementerian Kominfo melalui program Bakti Kominfo. Tentu saja segala bantuan yang kami terima diharapkan untuk lebih meningkatkan kualitas sekolah dan kinerja kami untuk menjadi lebih baik
Pandemi covid-19 ini memberikan banyak pesan dan kesan kepada kita semua pelaku pendidikan. Kita harus melakukan lompatan besar untuk bisa bertahan di dunia pendidikan. Kita dipaksa untuk berubah kalau tidak mau tertinggal dan tergilas. Kemampuan IT yang selama ini dikeluhkan oleh sebagian besar guru, kini mau tidak mau harus dipaksakan diri untuk mampu menguasainya. Teruslah berubah dan mengikuti perubahan itu dengan terus meningkatkan kompetensi diri terhadap profesi mulia kita. Yakinlah ganjaran dari Allah lebih luar biasa dari yang kita bayangkan. Teruslah bersemangat membersamai anak-anak untuk membentuk generasi bangsa yang cerdas dan tangguh.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Bahagia Ibu Meninggal
- Khadijah Wanita Istimewa
- Pembelajar di Ujung Negeri di Masa Pandemi
- Hikmah Bapak Tua
- Hikmah Boikot
Kembali ke Atas