Impak Era Digital, Adaptasi itu Perlu

IMPAK ERA DIGITAL, ADAPTASI ITU PERLU
(Muhamad Arif Syafiudin, S. Pd.)
Penulis adalah guru SMP Negeri 3 Subah
“Era Digital”, itulah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi zaman pada saat ini. Kondisi dimana teknologi berkembang dengan pesat. Kondisi dimana informasi dapat diperoleh dan disebarluaskan dengan mudah dan cepat. Pada saat ini, setiap orang dapat memberikan dan mendapatkan informasi selama memiliki perangkat untuk dapat mengakses dunia digital.
Di era digital ini, masyarakat secara perlahan-lahan berinteraksi dengan dunia digital. Sebagian besar masyarakat telah mengenal dunia digital. Baik itu orang dewasa, orang tua, remaja, anak-anak, bahkan kadang balita pun sudah mulai dikenalkan dengan dunia digital.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini dunia digital sudah terintegrasi dengan kehidupan masyarakat. Banyak aktivitas masyarakat yang dapat dilakukan dengan mudah melalui ruang digital. Misalnya masyarakat dapat melakukan proses jual beli secara online, masyarakat dapat mendapatkan berita dari berbagai sumber secara online, belajar secara online, hingga pelayanan yang sudah berbasis online, dan masih banyak lagi aktivitas yang dapat dilakukan melalui ruang digital.
Perkembangan teknologi di era digital ini tentunya juga berdampak pada bidang pendidikan. Begitu banyak orang yang membagikan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya di dunia digital baik di blog pribadi maupun di media sosial seperti YouTube, Instagram, Facebook dan lain-lain, sehingga orang lain dapat dengan mudah mengakses ilmu dan pengetahuan tersebut. Banyaknya sumber rujukan yang dapat diperoleh di ruang digital, dapat dijadikan sebagai pembanding sehingga dapat membantu dalam membuat sebuah kesimpulan/generalisasi.
Selain itu seiring berkembangnya teknologi di era digital ini, banyak aplikasi dan platform yang memfasilitasi pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lebih mudah. Terutama pada beberapa waktu yang lalu, saat pembelajaran tidak dapat berjalan dengan normal dikarenakan oleh pandemi, dengan memanfaatkan aplikasi dan/atau platform tersebut, pembelajaran tetap dapat berjalan walaupun tidak dengan tatap muka secara langsung.
Untuk mengakses ruang digital tentunya memerlukan perangkat. Perangkat yang dapat digunakan adalah laptop, tablet, atau smartphone yang terhubung ke jaringan internet. Adapun perangkat yang sering digunakan oleh siswa untuk mengakses dunia digital adalah smartphone. Pada saat ini smartphone dapat dengan mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Hampir setiap keluarga memiliki paling tidak 1 smartphone. Bahkan tidak sedikit siswa yang memiliki smartphone pribadi.
Dengan memiliki smartphone pribadi berarti siswa dapat meluangkan lebih banyak waktunya untuk mengakses dunia digital dan tentunya lebih bebas dalam mengakses ruang digital. Apakah ini hal yang baik? Belum tentu. Jika siswa menggunakan smartphone yang mereka miliki untuk belajar, maka ini adalah hal yang baik.
Permasalahannya adalah dalam ruang digital tidak hanya terdapat ilmu pengetahuan. Dalam dunia digital juga terdapat berbagai macam hiburan, seperti permainan/game, film, video lucu, gossip terbaru, dan lain-lain. Bukan berarti siswa tidak boleh mengakses hiburan pada perangkatnya, hanya saja seringkali terjadi siswa lebih memilih hiburan dibandingkan memanfaatkan perangkatnya untuk belajar. Yang parahnya adalah siswa mengakses hiburan pada perangkatnya secara berlebihan, terkadang sampai begadang, yang kemudian membuat siswa mengantuk pada saat pembelajaran.
Kebiasaan buruk ini tentunya harus diatasi. Oleh karena itu perlu adanya pengawasan bagi siswa dalam menggunakan perangkatnya baik oleh orang tua/ wali siswa maupun oleh guru. Pada era digital ini, guru seharusnya memberikan pemaparan kepada siswa tentang baik dan buruknya pengaruh smartphone bagi siswa. Kemudian guru selalu menghimbau, mengarahkan, dan mengajarkan kepada siswa untuk memanfaatkan perangkat yang mereka miliki untuk belajar.
Selain itu guru juga seharusnya bekerjasama dengan orang tua/ wali dalam hal penggunaan smartphone oleh siswa. Pada saat di rumah, orang tua/ wali siswa seharusnya mengetahui untuk apa saja siswa menggunakan perangkatnya, membatasi dalam mengakses hiburan, dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan perangkatnya untuk belajar.
Langkah lain yang dapat dilakukan oleh guru selain melakukan pengawasan terhadap siswa dalam menggunakan perangkat yang mereka miliki adalah dengan memanfaatkan ruang digital agar membuat pembelajaran lebih menarik dan mudah. Akan tetapi untuk memanfaatkan ruang digital dalam pembelajaran, maka guru juga dituntut melek teknologi.
Di era digital ini guru harus bisa beradaptasi. Sebelum mengajarkan kepada siswa cara untuk memanfaatkan ruang digital dalam pembelajaran, maka guru harus terlebih dahulu mengetahui cara memanfaat kan ruang digital dalam pembelajaran. Sebagai contoh pada saat akan menggunakan platform berbasis classroom/ ruang kelas, maka guru harus terlebih dahulu mempelajari platform tersebut. Barulah kemudian guru memberikan pengarahan kepada siswanya cara menggunakan platform tersebut, menjelaskan mulai dari awal sampai akhirnya pembelajaran bisa berjalan dengan menggunakan aplikasi tersebut.
Pada saat ini, di tempat saya mengajar yaitu di SMP Negeri 3 Subah, perlahan-lahan sudah mulai beradaptasi dengan era digital. Siswa diperbolehkan untuk membawa perangkat berupa smartphone ke sekolah. Perangkat tersebut kemudian dapat digunakan oleh siswa pada saat mendapatkan instruksi oleh guru yang sedang mengajar di kelas.
Pemanfaatan ruang digital dalam pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar pembelajaran berlangsung dengan lebih mudah dan praktis. Pemanfaatan ruang digital dalam pembelajaran yang pernah saya lakukan adalah mengarahkan kepada siswa untuk menggunakan google dalam mencari sumber rujukan. Pernah pada suatu hari, pada saat saya mengajar, saya mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKPD secara berkelompok. Kemudian saya menginstruksikan untuk mencari sumber rujukan menggunakan google dengan mencari kata kunci pencarian yang saya berikan.
Selain memanfaatkan fitur pencarian google, saya juga pernah menggunakan platform berbasis classroom/ ruang kelas dalam proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran belum berjalan normal, dimana hanya diperbolehkan pertemuan tatap muka terbatas, di SMP Negeri 3 Subah menerapkan pembelajaran blended learning. Pada saat itu, saya menggunakan platform berbasis classroom/ ruang kelas untuk memberikan materi pada malam hari sebelum melakukan pertemuan tatap muka.
Tidak hanya sampai disitu, saya juga menggunakan google form pada saat ulangan harian. Penggunaan google form ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kertas. Selain itu saya memilih menggunakan google form karena lebih praktis.
Akan tetapi, jika diingat-ingat kembali, mengenalkan hal baru itu memang tidak mudah. Saat awal mengenalkan platform berbasis classroom/ ruang kelas dan google form kepada siswa, banyak siswa yang bingung, belum tahu caranya. Akan tetapi, setelah dijelaskan berulang-ulang dengan sabar, perlahan-lahan akhirnya siswa mengerti caranya. Bahkan setelah mengerti cara mengisi google form, siswa lebih senang ulangan menggunakan google form dibandingkan dengan ulangan menggunakan kertas.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Bahagia Ibu Meninggal
- Khadijah Wanita Istimewa
- Tetap Berprestasi di Masa Pandemi
- Pembelajar di Ujung Negeri di Masa Pandemi
- Hikmah Bapak Tua
Kembali ke Atas


