• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website SMP Negeri 3 Subah, Sekolah Berbasis IT. SMP Negeri 3 Subah

Pencarian

Kontak Kami


SMP NEGERI 3 SUBAH

NPSN : 30100294

Jl.Kalang Sari Desa Sempurna Kecamatan Subah Kab. Sambas Kalimantan Barat 79417


[email protected]

TLP : 081345050483


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 248173
Pengunjung : 102438
Hari ini : 103
Hits hari ini : 317
Member Online : 0
IP : 216.73.216.187
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla

Status Member

Hujan dan Literasi




HUJAN DAN LITERASI

(Rikka Tri Suryani, S. Pd)

Penulis adalah guru SMP Negeri 3 Subah

 

            Kala itu hujan turun dengan sangat derasnya, sudah lebih dari setengah jamsaya termenung memandangi langit-lagit berharap hujan akan segera reda. Ya jika hujan seperti ini konsentrasi siswa didalam kelaspun hilang karena derasnya suara hujan yang mengakibatkan suara saya mengajar didalam kelas tidak terdengar. Nama saya adalah Zulaikah saya mengampuh mata pelajaran  PPKN di Sekolah Negeri di suatu desa yang tempatnya jauh dari Ibu Kota Kabupaten. 

Akhirnya saya memutuskan untuk keluar kelas dan hanya memberikan anak-anak tugas untuk segera dikerjakan sembari menunggu hujan reda. Belum juga hujan reda jam pelajaran sudah selesai. Bagaimana jika seperti ini terus materi yang sudah diprsiapkan akan terlambat untuk disampaikan. Apalagi saat ini sedang musim penghujan. Biasanya dari jam sembilan sampai dengan siang hari hujan akan turun sangat derasnya.

            Tidak hanya saya yang mengeluh tetapi mau bagaimana lagi, musim hujan memang tidak bisa kita elakan. Saya pun memutar otak bagaimana caranya agar saat hujan turun anak-anak tetap bisa belajar. Tidak hanya mengerjakan soal saja. Saat itu saya bertanya kepada seorang guru bernama ibu Sinta yang mengampuh mata pelajaran matematika.

            “Bu..gimana ibu mengajar jika hujan turun sangat deras, sedangkan dikelas suara kita akan kalah dengan derasnya suara hujan?” tanyaku penasaran.

            “Saya keluar aja bu dari kelas, percuma juga toh dijelasin tapi suara kita tidak kedengaran, malahan siswa asyik sendiri jadinya, kita tidak diperdulikan didepan kelas” jawab ibu sinta dengan raut wajah kesal.

            “Berarti sama bu, siswa kelihatannya juga bosan setiap diberikan tugas. Mereka sudah tau jika hujan turun guru pasti akan memberika tugas, mungkin bukan hanya satu atau dua orang guru bu, tetapi rata-rata dari kita disini akan seperti itu” jelas saya kepada Ibu Sinta.

            “Bahkan bu, ada juga guru yang tidak akan masuk kelas pada saat hujan turun, perlu diingat sekarang memang musim hujan, hampir setiap hari hujan turun di jam yang sama” ucap Ibu Sinta.

            Esok pagi hari masih sangat gelap matahari tertutup awan-awan gelap. Saya memandang ke langit-langit memikirkan bagaimana siswa akan datang kesekolah jika hujan turun saat ini juga. Tah lama kemudian bel sekolah berbunyi tandanya anak-anak akan memulai pembelajaran dikelas. Saya pun mempersiapkan diri dan masuk kekelas. Sontak saja saya terkejut hanya segelintir siswa yang ada didalam kelas. Saya menyapa siswa dan bertanya kepada mereka.

            “Mengapa banyak yang tidak hadir hari ini” tanyaku kepada siswa didalam kelas

            “Hujan bu…” jawab salah satu siswa

            “Belum saja turun hujankan?” sahut ku

            “Tapi ditempat mereka sudah hujan bu” jelas siswa itu lagi

            Benar saja tak lama kemudian hujan turun dengan sangat deras. Aku mulai bingung, belum saja pelajaran dimulai hujan sudah turun. Bukannya jadi penghalang bagi kami saat hujan turun untuk belajar tetapi suara hujan yang jatuh ke atap sekolah mengalahkan suara saya untuk menjelaskan materi yang akan saya sampaikan. Siswa langsung bersorak kesenangan saat hujan turun.

            “Bu….gak usah belajar ya bu!” Ucap salah seorang siswa.

            “Hmmm…..” saya bingung harus menjawab apa.

            Akhirnya hari itu saya bebaskan anak-anak untuk tidak menerima materi, bukannya lalai dari tugas saya sebagai guru, tetapi saya mengerti anak-anak perlu menyegarkan pikirannya supaya tidak bosan saat disekolah.

            Saya jalan kembali menuju ke kantor guru, melewati rusngsn-rusngsn ysng terdapat disekolah kami. Langsung saja mata saya tertuju pada perpustakaan sekolah yang terlihat sepi. Hanya ada buku-buku yang berbaris dengan rapi dan kursi-kursi yang kosong tanpa satupun pengunjung didalamnya. Saya masuk kedalam melihat sekeliling ruangan itu. Terlihat sangat tenang walaupun hujan sangat deras diluar sana.

            Saya jalan menelusuri lorong-lorong rak buku di ruang perpustakaan tersebut. tiba-tiba saja saya terkejut dengan penampakan seseorang siswa yang tengah asyik sendiri membaca buku di sudut ruangan bahkan dia tidak sadar dengan kedatangan saya. Sontak saja saya langsung menengur siswa tersebut.

            “Nak… kamu sedang membaca buku apa?” tanyaku kepada siswa tersebut.

            Dia terkejut dengan suanra saya yang tiba-tiba terdengar. Langsung saja siswa tersebut berdiri dan tersenyu-senyum sambil menjawab pertanyaan yang saya lontarkan.

            “Ehh…ibu disini” jawabnya malu-malu

            “Kok sendiri saja? Sedang membaca buku apa?” tanyaku kembali

           “Ini bu, saya sedang membaca buku cerita rakyat bu, soalnya dikelas saya mengantuk, apalagi hari hujan, dingin bu bawaannya mau tidur terus, tapi disini sambil membaca dan mendengar suara hujan sepertinya tenang bu” Jelas siswa tersebut kepada saya yang penasaran menunggu jawabannya.

            “Kamu merasa tenang saat membaca di waktu hujan ya?” tanyaku kembali

            “Iya bu!” pungkas siswa tersebut.

            “Baiklah kalau begitu lanjutkan membacamu, kalua bisa besok teman-temanmu diajak keperpustakaan sekolah, supaya perpustakaan kita terasa hidup kembali, sayang buku disini tapi jarang ada yang membaca”. Jelasku kepada siswa tersebut.

            Saya langsung keluar dari perpustakaan menuju ke kantor guru sambil memikirkan siswa diperpustaakn tersebut. bukannya memikirkan hal yang aneh tapi pikiran saya saat itu bagaimana jika saat hujan turun anak-anak akan disuruh ke perpustakaan dan membaca. Apalagai jika kita ingat musim penghujan di Indonesia belangsung berbulan-bulan, karena di Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu kemarau dan penghujan.

            Benar saja esok paginya hujan turun lagi, untungnya siswa-siswa sudah masuk kedalam kelas sehingga yang hadir pada hari itu ramai.tak menunggu lama saya langsung memberikan instruksi kepada siswa untuk segera ke perpustakaan dan membacasetelah membaca siswa disuruh membuat ringkasan atas apa yang telah dibacanya, dan ringkasan itu wajib dikumpulkan.

            Pertama-tama siswa kurang antusias dalam membuat ringkasan karena mereka pikir ini sama saja seperti tugas yang biasanya saya berikan pada saat didalam kelas. Tapi tak masalah saya pikir semua butuh proses untuk membiasakan siswa berliterasi.

            Hari-hari saya lewati seperti biasanya, semakin kesini saya perhatikan siswa sudah terbiasa dengan ringkasan yang saya berikan. Tujuan saya memberikan tugas ringkasan setelah mereka membaca adalah untuk membiasan mereka meembaca dan menulis sesuai dengan tulisan dan gaya bahasa mereka masing-masing, dan lagi supaya mereka kreatif.

            Tak lagi menunggu waktu hujan say perhatikan peprpustakaan kami di sekolah mulai ramai dengan siswa, entahlah apakah siswa benar-benar membaca atau hanya bersantai di perpustakaan. Tetapi saya merasa sangat senang karena sedikit demi sedikit perpustakaan disekolah kami mulai digemari siswa-siswa dikala hujan turun.

            Saya tidak hanya memberikan tugas kepada mereka untuk membaca dan meringkas hasil kegiatan mereka diperpustakaan. Tetapi hari itu saya meminta siswa untuk menuliskan pengalaman yang di rasakan pada saat berada di perpustakaan sekolah.

            Saya sangat takjub dengan tulisan dan pengalaman dari siswa yang telah merasakan dampaknya dari sering berada diperpustakaan. Ada yang merasakan sangat tenang dengan membaca sambil mendengar suara hujan, ada juga yang merasa rileks, bahkan ada siswa yang berbagi pengalam sempat tertidur diperpustakaan saat membaca karena merasa sangat mengantuk dengan cuaca yang dingin. Itu semua akan saya jadikan acuan untuk lebih mencari cara agar siswa-siswa kami disekolah tidak bosan untuk berliterasi kapanpun dan dimanapun.

            Akhirnya guru-guru disekolah mencoba mengikuti cara saya mengajar untuk menghidupkan kembali suasana perpustakaan selama ini yang sepi. Sebenarnya cara yang saya gunakan tidak hanya pada saat musim penghujan saja. Pada hari cerah saya membebaskan siswa-siswa untuk membaca di taman atau lingkungan sekolah yang terasa nyaman bagi mereka, kecuali di kantin sekolah. Tujuannya adalah supaya siswa-siswa saya dapat berkespresi sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa.

            Ada yang membaca dibawah pohon, ada yang membaca di saug-saung yang telah di sediakan disekolah, bahkan ada siswa yang membawa buku bacaannya di tepi sawah samping sekolah. Siswa merasa dengan seperti iyu ereka bebas bereksperi karena saat remaja inilah mereka membentuk karakter diri masing-masing.

            Karena adanya literasi ini siswa saya tetap belajar seperti biasa di sekolah dengan materi yang telah disediakan, hanya saja saya menambahkan disetiap minggunya siswa wajib berliterasi dimanapun mereka merasa nyaman.  Bahkan diluar dari jam saya banyak juga siswa yang membaca tanpa disuruh. Karena mereka telah terbiasa dengan hal-hal kecil, dari membaca, meringkas dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang baik untuk diri mereka sendiri, untuk menjadikan suatu yang besar untuk mereka kelak.

 

#Selesai#




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas