• gambar
  • gambar

Selamat Datang di Website SMP Negeri 3 Subah, Sekolah Berbasis IT. SMP Negeri 3 Subah

Pencarian

Kontak Kami


SMP NEGERI 3 SUBAH

NPSN : 30100294

Jl.Kalang Sari Desa Sempurna Kecamatan Subah Kab. Sambas Kalimantan Barat 79417


[email protected]

TLP : 081345050483


          

Banner

Jajak Pendapat

Bagaimana pendapat anda mengenai web sekolah kami ?
Sangat bagus
Bagus
Kurang Bagus
  Lihat

Statistik


Total Hits : 248186
Pengunjung : 102439
Hari ini : 104
Hits hari ini : 331
Member Online : 0
IP : 216.73.216.187
Proxy : -
Browser : Gecko Mozilla

Status Member

Rusa Tua yang Bijak




 

Rusa Tua yang Bijak

(Hamka Wiranata)

Penulis adalah siswa kelas 9 SMP Negeri 3 Subah

Seekor rusa tua berdiri di atas bukit. Di bawahnya sekelompok rusa sedang makan rumput. Di atas sebuah batu berdiri raja kelompok rusa itu. Ialah rusa muda yang telah mengalahkan si rusa tua. Awalnya rusa tua itulah yang memimpin kelompoknya. Ia berhasil dikalahkan oleh seekor rusa muda. Ya, tentu saja ia kalah. Rusa muda itu masih gesit dan kekar badannya. Rusa tua itu akhirnya ditinggalkan sendiri saja. Rusa-rusa yang lain tak mau berteman lagi dengannya. Mereka mencemoohnya.

Rusa tua itu mengangkat kepalanya. Diendusnya bau udara.

"Ah, sebentar lagi salju akan turun. Baiklah aku mencari tempat berlindung yang penuh dengan rumput, "katanya dalam hati.

Rusa tua itu mencari gua yang ditumbuhi oleh semacam rumput. Benar saja, tak lama kemudian salju turun. Mula-mula hanya seperti kapas terurai. Lama-kelamaan semakin deras dan besar-besar. Langit berwarna kelabu dan hawa dingin menusuk tulang. Rusa tua itu duduk di dalam gua. Ia terhindar dari hawa dingin.

Keesokan harinya, pagi terasa dingin membeku. Rusa tua itu memakan rumput yang tumbuh di gua. Ia teringat akan nasib kelompok rusanya. Maka keluarlah ia dari gua. Tak lama ia sudah dapat menemukan kelompok itu. Mereka menggigil kedinginan. Semalaman mereka tertimpa salju. Hari ini mereka belum makan sama sekali. Mereka sangat marah kepada raja barunya. Ternyata walaupun ia gagah perkasa tapi ia belum sebijak rusa yang tua. Rusa yang tua itu membawa

 

kelompok itu ke guanya. Di situ mereka makan sepuasnya. Mereka mengangkat rusa tua itu kembali menjadi raja mereka. Walaupun ia tua dan tak sekuat rusa muda, namun ia mempunyai banyak pengalaman yang membuatnya menjadi rusa yang bijak.

 

Ada seekor Beruang coklat bertubuh gendut. Ia selalu terpesona mendengar burung-burung bernyanyi riang.

Beruang Coklat ingin bisa bernyanyi atau bersiul tapi ia tak mampu. Suatu hari ia tersesat di ladang dekat perkampungan. Ia takjub melihat anak gembala meniup seruling dengan suara yang merdu sekali. Beruang kembali masuk hutan dan menceritakan pengalamannya itu kepada Kancil.

Suatu hari Kancil berjalan-jalan. Sampailah ia di rerumpunan pohon bambu. Karena capek ia istirahat di tempat itu.

Tiba-tiba ia mendengar derit suara bambu yang cukup merdu walau tak semerdu seruling gembala.

Mendengar derit bambu. Timbul sifat jailnya. Ia punya gagasan gila untuk temannya si Beruang.

Berhari-hari Kancil mencari Beruang. Akhirnya ia temukan juga si Beruang yang sedang mandi di sebuah telaga. "Cil! Kita berendem, udara sangat panas nih!"

"Hai Beruang. . ."Kata Kancil. "Kau kan suka musik? Ayo ikut aku, kutunjukkan konser musik alami yang yang sangat merdu sekali.

"Wah, benarkah, Cil? Ayo kita berangkat!".

 

Dari kejauhan Beruang melihat Kancil seolah-olah sedang mempermainkan seruling dari bambu.

"Cil, dari pada aku cuma melihat, ajarilah aku mempermainkan seruling itu, "kata Beruang sambil mendekati Kancil.

"Boleh, julurkan lidahmu, tempelkan ke celah seruling bambu yang panjang ini, "kata Kancil.

Kancil segera bersiul memanggil angin. Tak berapa lama angin bertiup sepoi-sepoi cukup untuk menggoyang-goyangkan pohon bambu.

Bambu berderit, menjepit ujung lidah Beruang. Beruang menjerit kesakitan untuk ia segera mencabut lidahnya.

Sadarlah si Beruang, Kancil sengaja menipunya. Tapi ia tidak marah, sebab derit suara bambu itu memang terdengar merdu.

Begitu merdunya derit suara bambu itu sehingga membuat Beruang terlena dan akhirnya ia tertidur lelap.

 

Di sebuah pulau di perairan Selat Karimata terdapat sebuah pulau yang cukup besar. Hutannya sangat lebat dengan aneka pohon buah-buahan. Demikian pula ikan-ikan di pantai dan di sela-sela karang pinggir pantai berseliweran, sehingga sangat mudah bagi pemangsa ikan untuk menangkapnya. Karenanya binatang hutan dan burung-burung hidup laksana di surga.

 

Di antara binatang yang hidup di pulau tersebut terdapat dua ekor kera putih, seekor induk dan seekor anak. Mereka datang tiba-tiba saja seperti datang dari

 

langit, karena tak ada yang mengetahui kedatangan keduanya. Karena tingkah laku tutur katanya baik, keduanya sangat di hormati di pulau tersebut. Sebagian berpendapat bahwa keduanya adalah jelmaan dewa, karena pengetahuannya sangat luas dibanding kera yang ada.

 

Keduanya menempati pohon beringin kurung yang terletak persis di atas teluk yang indah dan tenang. Sejak keduanya tiap malam tidur di pohon beringin, maka gerak-gerak lain menyingkir, karena segan dengan keduanya. Jadilah pohon beringin kurung itu tempat kediaman khusus bagi dua beranak kera putih.

Pada suatu senja tanpa kedua buah kapal layar yang sangat besar perahu di teluk setelah berjuang melawan badai yang menerpa mereka. Nakhoda dan seluruh penumpang perahu layar berjuang mati-matian menyelamatkan kabar dari amukan badai untuk berlindung di pulau. Karena itu tidaklah aneh kalau begitu jangkar jatuh kan, semua isi kapal terkapar kelelahan. Mereka tak ingin memasak dan menghidupkan nomor sebagai alat penerang. Tak lama terdengar dengkur mereka bersahut-sahutan.

Setelah malam agak larut, maka kedua beranak kera putih ke pohon beringin. Mereka agak kaget mengetahui kalau di bawah mereka tidur ada dua buah kapal layar besar sedang berlabuh. Dari pagi hingga malam mereka berkelana ke ujung pulau untuk menolong seekor kera betina ia mengalami kesulitan melahirkan. Induk kera putih memang dikenal juga sebagai seekor tabib di kalangan binatang di pulau itu.

"Perahu layar dari mana di bawah sana?"tanya sang anak.

 

"Kedua kapal itu pelarian dari tempat panturaya (raksasa) yang hidup di pulau besar sebelah utara kita," jawab sang ibu.

"Hiii, ngeri kalau begitu, "kata sang anak.

"Sekarang mereka telah aman, karena nek Anto raya telah mati," kata sang ibu,

Tanda ketik siapa yang membunuhnya? "Tanya sang anak.

"Ah, panjang ceritanya nak", sahut sang ibu, "ibu juga takut kalau cerita ibu didengar oleh mereka yang di kapal layar itu."

"Tak mungkin Bu hendak," kata sang anak. "

Tadi saya sudah mengintip dengan seksama, tak ada seorangpun yang terbangun titik mereka terjun pulas ".

Tanda ketik tapi ibu kurang yakin nak ", kata sang ibu." Ibu akan mengintip mereka sekarang, "kata sang ibu Soraya turun ke dahan yang lebih rendah dengan perlahan-lahan.

Sang ibu mantau dengan seksama keadaan penumpang kedua perahu layar. Namun jangankan manusia, hewan-hewan yang mereka bawa dalam kapal pun seperti ayam, kambing, sapi, anjing dan lain-lain semua tertidur pulas. Sang ibu tak mengetahui bahwa di dalam kamar kapal ada seorang gadis yang cantik cerita berpura-pura tidur karena ingin mendengar cerita sang kera putih itu.

Setelah dicermati secara seksama maka sang ibu kembali ke puncak beringin kurung mendapat mendapati anaknya berada.

"Emang betul katamu nak," kata sang ibu. "Jangankan manusia, hewan ternak yang mereka bawa tertidur lelap."

"Memang badai tadi sungguh besar," kata sang anak, "untung kapal mereka sangat

 

besar sehingga masih mampu bertahan dihantam badai".

"Ya, kapal layar itu kan buatan antu raya," kata sang ibu, "karena itu ukurannya akan diselesaikan dengan ukuran raksasa yang membuatnya".

"Pantas," kata sang anak, "kalau kapal layar buatan manusia biasa tentu sudah hancur dihantam badai."

 

"Lewat follow kita ini", sang ibu memulai kisahnya, kalau kita berolahraga ke arah tenggara, akan sampai ke pantai pulau besar. Kita terus saja menyusur pantai ke selatan dengan dan akan bertemu muara sungai besar. Kalau sungai itu di mudiki selama 2 hari 2 malam berdayung, maka akan sampailah kita ke negeri lubuk buing."

Sebuah negara yang cukup besar. Rakyat hidup makmur aman dan damai.pekerjaan anak negeri adalah bertani, menangkap ikan, mencari hasil hutan yang mereka jual ke negeri-negeri tetangga yang dekat maupun yang jauh. Kapal-kapal layar banyak berlabur di negeri lubuk buing. Penduduk negeri lubuk buing adalah pelaut-pelaut yang tangguh. Mereka berlayar ke seluruh pelosok untuk berdagang. Karenanya negeri-negeri lain sangat mengenal negeri lubuk Boeing serta barang-barang produksinya.

Hanya yang menjadi buah pikiran raja negeri lubuk Boeing adalah karena hingga saat ini belum dikaruniakan seorang anak pohon. Kegundahan raja juga berpengaruh terhadap rakyatnya karena rakyat negeri sangat prihatin terhadap rajanya. Pada saling sebenarnya raja jatuh Bestari itu mempunyai putra sebanyak 38 dan seekor putri.

 

"Lalu kemana putra-putri raja sebanyak 39 orang itu?" Tanya sang anak.

"Nantilah," sahut sang ibu, "pada akhir cerita engkau akan mengetahui."

Maka diamlah jangan aku untuk mendengar lanjutan cerita ibunya.

Mula-mula raja Datuk Bestari beristri dengan seorang permaisuri. Setelah beberapa tahun mereka menikah, namun tak juga dikaruniakan dikaruniai anak. Kemudian raja mengambil istri lagi, namun tak juga dikaruniai anak. Demikian berturut-turut beliau beristirahat berjumpa 38 orang. Raja mulai putus asa. Mulailah beliau sering pergi menyindir menyendiri. Raja sering memancing atau buru-buru ke hutan seorang diri secara diam-diam. Pemerintahan dilaksanakan oleh Datuk perdana menteri.

Pada suatu hari ketika raja sedang memancing di sebuah danau, tiba-tiba bertemu dengan seorang anak gadis yang tampak sangat kurus dengan pakaian yang compang-camping. Raja sangat tiba melihat keadaan anak perempuan tersebut. Raja sangat iba melihat keadaan anak perempuannya tersebut. Raja juga merasa terkejut karena masih ada rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan seperti ini.selama ini beliau hanya menerima laporan dari bawahan yang bawah keadaan anak negeri dalam keadaan cukup sandang pasang pangan dan papan. Ketika anak perempuan maka anak perempuan itu melewati tempat raja sedang memancing, maka raja pun menyuruh mendekati.

"Kemarin anak manis," panggil raja

"Download tuanku," pesawat anak perempuan itu dengan sangat terkejut, karena tidak sangka ia berhadapan dengan rajanya.. hamba tak pantas menghadap Baginda karena karena pakaian hamba yang tak layak ini, "lanjutannya.

 

Tanda patik tidak mengapa, "kata Datuk Besari, "marilah mendapat kemari."

"Ampun tuanku sambut anak perempuan itu menjadi kesalahan besar kalau hamba menghadap tuanku dengan pakan yang tak sopan ini? "

"Tidak mengapa," sahur Baginda, "malah yang harus mendapatkan hukuman berat adalah aku raja negeri lubuk buih yang tidak memperhatikan masih ada rakitan yang miskin seperti engkau."

Dengan tarsipu-sipu anak perempuan itu mendekati kepada Baginda sambil berjalan di atas lutut.

Melihat tingkah lakunya dan tata caranya menghadap raja, Baginda makin merasa bersalah.

Tanda patik siapa nama orang tuamu? "tanya Baginda lagi.

"Ampun tuanku dato," sahut Ayu lestari, "Aya hamba adalah juragan Idris yang mati tenggelam bersama kapalnya 15 tahun yang lalu."

"Apa tanda tanya engkau anak juragan Idris?" Tanya Baginda tak percaya.

"Ampun tuanku hamba anak satu-satunya juragan Idris," sahut Ayu lestari, "ayah hamba meninggal ketika ibu sedang hamil tua titik sedang keluarga ayah saya tak mau mengakui ibu hamba sebagai istri juragan Idris, karena ibu hamba orang desa dan miskin."

"Lantas mana ibumu tanda tanya Tanjung petik tanya Baginda.

"Ampun donku, ibu hamba meninggal 5 tahun yang lalu, sehingga tinggallah hamba seorang diri," Ayu lestari sambil menitikkan air mata.

Raja Datuk Bestari termenung titik padahal juragan Idris adalah seorang nahkoda kapal yang sangat dipercaya oleh Baginda membawa kapal layarnya mengharungi

 

lautan untuk menjelajahi negeri-negeri lain. Namun Baginda tidak mengetahui sama sekali bahwa juragan itu meninggal kan seorang istri dan seorang anak perempuan titik betapa kesalnya Baginda karena kelalaian selama ini.

" begini saja Ayu, "kata Baginda, tanda batik mulai hari ini engkau kau bawa berdiam di istana titik pulanglah dulu ke rumah, berkemas lah titik nanti akan datang seorang istana menjemputmu."




Share This Post To :

Kembali ke Atas

Artikel Lainnya :





   Kembali ke Atas